Kolom | Trump Membayangi Piala Dunia 2026

## Bayangan Trump di Balik Gemerlap Piala Dunia 2026Piala Dunia 2026, yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, seharusnya menjadi perayaan sepak bola global, sebuah pesta yang menyatukan berbagai budaya dan semangat sportivitas.

Namun, di balik gemerlapnya persiapan dan euforia yang mulai terasa, sebuah bayangan kelam semakin memanjang – bayangan Donald Trump dan “Trumpifikasi” sepak bola.

Para komentator olahraga, seperti yang saya amati dalam berbagai diskusi dan analisis, semakin khawatir tentang potensi dampak politik terhadap turnamen akbar ini.

Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar.

Retorika populis dan kebijakan imigrasi kontroversial Trump, yang masih membekas di ingatan banyak orang, menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana para penggemar internasional, khususnya dari negara-negara mayoritas Muslim dan negara-negara berkembang, akan diperlakukan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menyuarakan keprihatinan mendalam tentang potensi diskriminasi dan perlakuan tidak adil terhadap para penggemar.

Apakah mereka akan menghadapi pemeriksaan yang lebih ketat?

Apakah visa mereka akan ditolak tanpa alasan yang jelas?

Apakah mereka akan merasa aman dan diterima di negara yang seharusnya merayakan keberagaman?

Ketakutan ini bukan hanya spekulasi belaka.

Kita telah melihat bagaimana kebijakan Trump sebelumnya berdampak pada acara olahraga internasional.

Pembatasan perjalanan yang diberlakukan pada tahun 2017, misalnya, menimbulkan kekacauan dan kebingungan bagi atlet dan ofisial dari beberapa negara.

Bayangkan dampaknya jika hal serupa terjadi pada Piala Dunia, dengan ratusan ribu penggemar sepak bola yang berencana untuk melakukan perjalanan ke Amerika Utara.

Dari sudut pandang pribadi, saya merasa prihatin bahwa politik dapat mencemari semangat olahraga.

Piala Dunia seharusnya menjadi ajang untuk merayakan kesatuan dan persahabatan, bukan untuk memperdalam perpecahan dan ketakutan.

Kita tidak boleh membiarkan politik – khususnya politik yang didasarkan pada prasangka dan xenofobia – merusak pengalaman bagi para penggemar dan atlet.

Tentu saja, masih ada waktu untuk mengatasi kekhawatiran ini.

Pemerintah Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa Piala Dunia 2026 menjadi acara yang inklusif dan ramah bagi semua orang.

Mereka harus bekerja sama dengan FIFA dan kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur yang melindungi hak-hak para penggemar dan mencegah diskriminasi.

Namun, yang terpenting, kita sebagai penggemar sepak bola harus bersuara.

Kita harus menuntut agar para pemimpin kita menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan, keadilan, dan rasa hormat.

Kita harus menolak segala upaya untuk mempolitisasi Piala Dunia dan mengubahnya menjadi platform untuk kebencian dan perpecahan.

Piala Dunia 2026 memiliki potensi untuk menjadi momen yang tak terlupakan dalam sejarah sepak bola.

Mari kita pastikan bahwa bayangan Trump tidak menghalangi cahaya kebaikan dan persatuan yang seharusnya menyinari turnamen ini.

Kita harus berjuang untuk Piala Dunia yang merangkul semua orang, tanpa memandang ras, agama, atau asal negara.

Hanya dengan begitu kita dapat benar-benar merayakan keindahan dan semangat sepak bola global.